Archive for 2018



Perang ternyata tidak selalu dikaitkan dengan senjata maupun bom. Perang kali ini berbeda dengan perang yang ada dalam digma kita. Mungkin bisa dikatakan perang ini adalah perang jaman now heheheee. Yaps, perang ekonomi berupa perang dagang antara dua negara ekonomi raksasa di dunia yakni Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tionghoa. Namun, apakah perang dagang ini juga membutuhkan pemenang? Apakah mungkin ada  yang kalah dan ada yang menang? Rasanya sulit. Karena dengan adanya globalisasi tentu perang dagang ini sepertinya hanya akan memberi dampak buruk. Alangkah baiknya bila kedua negara raksasa ini melakukan langkah negosiasi yang tepat agar tidak membahayakan arus ekonomi dunia. Andaikata kedua negara ini adalah dua gajah raksasa yang sedang berperang, haruslah mereka peduli dengan negara-negara lain agar tidak ikut terinjak di tengah peperangan.

Eits,, sebelum ngomongin ngalor ngidul ngetan ngulon. Yuk simak dulu yang dibawah ini, sebenarnya apa sih yang terjadi antara Amerika serikat dan RRT? Kenapa mereka sampai bisa mengibarkan bendera buat perang dagang? Lalu, dengan adanya ini apa dampak dari perang tersebut untuk negara kita? Penasaran? Simak alon-alon yaaa, maklum rodo abot iki materine. Penulis e yo isih sinau alon-alon. ^_^
Sebenarnya apa sih perang dagang itu??
Menurut kamus-international.com perang dagang merupakan praktek dimana negara – negara menciptakan tarif timbal balik atau hambatan yang mirip dengan perdagangan. Sedangkan menurut sumber lainmengatakan bahwa perang dagang adalah “sebuah konflik ekonomi di mana negara memberlakukan pembatasan impor satu sama lain, untuk merugikan perdagangan satu sama lain.” Intinya, perang ini terjadi ketika negara meningkatkan hambatan perdagangan dengan membatasi pergerakan impor satu sama lain.
Bagaimana awal mula Perang dagang AS VS RRT?
Berawal dari kekhawatiran perusahaan-perusahaan di AS mengenai praktik dagang Tiongkok yang tidak adil. Sehingga, pada bulan Agustus 2017 Utusan Perdagangan AS Robert Lighthizer melancarkan penyelidikan atas dugaan pencurian hak cipta intelektual AS di Tiongkok, meliputi paten-paten perangkat lunak, aplikasi telepon seluler, dan teknologi lainnya. Yang kemudian empat tuduhan terhadap Tiongkok yang dilaporkan oleh perusahaan-perusahaan AS, meliputi:
  1. Perusahaan-perusahaan Tiongkok memaksa mereka menjalin kemitraan, kemudian menduri teknologi dan pada akhirnya memutus kongsi.
  2. Perusahaan-perusahaan Tiongkok menggunakan dana pemerintah untuk mencuri inovasi dan rahasia teknologi AS
  3. Tiongkok menggunakan "cyber intrusions" ke dalam jaringan perdagangan AS untuk melakukan sipionase dagang.
  4. Perusahaan-perusahaan AS yang beroperasi di Tiongkok tidak memiliki hak cipta yang sama seperti perusahaan-perusahaan lokal.

Menyikapi hasil penyelidikan tersebut, Donald Trump tidak mau diam dan mengambil tindakan dengan memunculkan tarif impor baru. Pembatasan tarif tersebut meliputi produk baja yang masuk ke AS yang dikenakan tarif sebesar 25%, sedangkan produk alumunium sebesar 10%. Pengenaan tarif baru kepada China dilakukan untuk menghentikan praktik perdagangan yang tidak adil seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Dari Komisi Properti Intelektual Amerika memperkirakan bahwa pencurian kekayaan intelektual yang diakui oleh China, telah merugikan AS antara USD225 miliar hingga USD600 miliar setiap tahun. Pasalnya, beberapa produk original buatan Amerika Serikat telah dicuri idenya oleh China. Coba kalian pikir, perusahaan Amerika yang mencetuskan ide produk itu, telah melakukan segala macam riset dan tes pengembangan untuk menyempurnakan produknya. Yang mana pelaksanaannya membutuhkan biaya riset yang tidak sedikit. Namun, China meniru ide produk buatan mereka. Terlebih, China mematok harga jual yang rendah. Tentu saja Amerika merasa rugi. Info lebih lanjut simak disini guys.
Merespon tindakan Amerika Serikat yang begitu protektif, China membalas dengan mengikuti langkah Amerika Serikat yaitu dengan menaikkan tarif 128 produk impor Amerika Serikat  yang masuk ke negaranya mulai dari produk pertanian hingga alat berat sebesar USD 3 Miliar.
Direktur Jenderal WTO Roberto Azevedo menyatakan bahwa apabila perang dagang ini benar-benar terjadi akan membuat anjloknya pertumbuhan ekonomi global dan hanya akan berdampak buruk. Dalam 23 tahun terakhir, ketegangan antara dua negara ekonomi raksasa ini merupakan masalah yang cukup berat untuk ditangani WTO. Masing-masing pihak telah melayangkan laporan kepada WTO, Washington melayangkan gugatan atas pencurian hak paten sedangkan China menetapkan tarif impor untuk 128 produk dari AS. Hal ini membuat WTO berjuang lebih keras agar dapat menyudahi perang dagang ini demi menjaga kestabilan ekonomi global.

Apa dampak dari perang dagang ini?
Dari segi ekspor, Indonesia harus mencari negara lain yang mau menerima ekspor dari Indonesia untuk meningkatkan neraca perdagangan. Karena, bagaimana negara bisa melakukan ekspor jika negara penerima ekspor tidak mau melakukan produksi yang disebabkan adanya pembatasan tarif impor tadi. Akan tetapi itu semua tidak semudah membalikkan telapak tangan. Untuk mencari negara lain yang mau menerima ekspor dari kita perlu diadakan negosiasi yang mana proses itu tidaklah cepat. Sedangkan dari segi impor akan ada kemungkinan Indonesia menjadi salah satu negara yang akan dibanjiri produk dari Tiongkok maupun AS. Sehingga, para produsen dalam negeri harus membuat strategi pemasaran yang handal karena mendapat banyak pesaing. Selain itu, hal ini juga memberi dampak pada harga saham di Amerika dan nilai mata uang dollar amerika.
Pencurian hak paten yang dilakukan oleh Tiongkok menyinggung bab etika bisnis internasional. Sudut pandang antara dua pihak yang memiliki budaya berbeda bisa jadi memiliki pandangan etis yang berbeda. Hal ini membuat penulis berpikir, mungkin etika dagang yang dilakukan Tiongkok menurutnya tidak melanggar etika bisnis internasional. Namun, menurut sudut pandang AS, mereka merasa dirugikan dan berpikir bahwa apa yang dilakukan oleh Tiongkok adalah menyalahi etika.
Selain itu, pembatasan impor yang dilakukan berhubungan dengan teori neomerkantilis yakni menyamakan kekuasaan politik dengan kekuatan ekonomi dan kekuatan ekonomi dengan surplus neraca perdagangan. Para kritikus berpendapat bahwa banyak negara telah mengadopsi strategi neomerkantilis yang dirancang untuk secara bersamaan meningkatkan ekspor dan membatasi impor. Misalnya, kritikus menuduh bahwa China sedang mengejar kebijakan neomerkantilis, dengan sengaja menjaga nilai mata uangnya terhadap dolar AS supaya menjual lebih banyak barang ke Amerika Serikat, dan dengan demikian mengumpulkan surplus perdagangan dan cadangan devisa (Hill, et al. 2014: 189).
Seorang ahli teori ekonomi terkemuka yaitu Paul Samuelson pernah memberikan kritik mengenai kerjasama dua negara yaitu negara kaya (Amerika Serikat) dan negara miskin (RRT). Dimana kerjasama ini terjadi ketika AS mulai mengalihdayakan pekerjaan ke luar negeri (offshore) seperti pendebugan perangkat lunak, pekerjaan akuntansi dan lainnya. Hal ini dilakukan karena AS dapat menghemat biaya upah lebih banyak. Samuelson mengakui akan hal itu. Namun, menurutnya perdagangan bebas ini mungkin dapat membahayakan AS. Pendapat Samuelson ini dibantah oleh beberapa ekonom lain, karena mereka berpikir bahwa negara tersebut (RRT) tidak dapat meningkatkan kualitas pendidikan rakyat dengan cepat. Akan tetapi yang terlihat sekarang sesuai dengan dugaan Samuelson, rakyat China bisa belajar dengan cepat dan meniru produk AS dengan mudah hingga dapat membahayakan ekonomi AS.
Dari fenomena ini dapat disimpulkan bahwa globalisasi, khusunya perdagangan bebas antar negara tidak selalu memiliki dampak baik. Ada juga risiko besar yang harus dihadapi. Sehingga, alangkah baiknya negara harus mengambil sikap yang bijaksana dalam menanggapi hal ini.

Referensi
Hill, C.W.L., et al. 2014. Bisnis Internasional: Perspektif Asia. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.





Perang Dagang: AS VS China

Posted by : Alya Starleta
Sunday 13 May 2018
0 Comments
Disneyland. Setiap orang pasti mengenalnya. Bila tak kenal Disneyland, pastilah mereka mengenal mickey mouse dan minie mouse karakter kartun lucu nan menggemaskan yang merupakan salah satu karakter Disney. Diantara kita yang telah mengenal Hong Kong Disneyland pasti berpikir bahwa wahana Hong Kong Disneyland hampir tidak pernah sepi pengunjung. Namun, tahukah kamu kalau Hong Kong Disneyland mengalami kegagalan di awal pembukaannya pada tahun 2005? Nah... Baru tahu ya?? Kok bisa?? Strategi apa yang digunakan Disney hingga bisa menjadikan Hong Kong Disneyland seramai sekarang? Dan apa masalahnya yang membuat Hong Kong Disneyland sepi pengunjung di awal pembukaannya? Kunci dari strategi Disney sudah disebutkan pada judul postingan ini yaitu "Glokalisasi". Apa itu glokalisasi? Sama nggak sih dengan globalisasi? Penasaran kann? Simak postingan ini sampai selesai ya teman :)

Teori Glokalisasi

Menurut Robertson (1994), glokalisasi adalah konsep teoritis yaitu dari kata "globalisasi" dan "lokalisasi." Menurut Andrews & Ritzer, (2007) Glokalisasi mengacu pada antarmuka global dan lokal. Jadi, glokalisasi berbeda dengan globalisasi. Glokalisasi adalah masuknya produk atau bisnis global dengan mempertimbangkan isu atau budaya lokal setempat  yang ada. Setelah paham apa itu glokalisasi yukk lanjut lagi ke Hong Kong Disneyland :)

Perkembangan Disneyland

Perusahaan pendiri Disneyland tak lain adalah Walt Disney Company yang merupakan salah satu bisnis hiburan terbesar di dunia. Keren sekali bukan? Mengembangkan perusahaan menjadi besar apalagi meraih gelar terbesar di dunia itu tidak mudah, guys. tentunya ada lika liku panjang yang harus dilalui. Perusahaan sebesar Disney pasti juga pernah menghadapi kendala berat ketika mengelola bisnisnya. 
Perkembangan awal Disneyland
Pada tahun 1920 dan 1930 an, (coba cek di tahun itu kalian pasti belum lahir hehee) Disney hanya memiliki satu studio dan satu taman hiburan. Disney terus mengalami perkembangan. Hingga menjelang akhir abad 20, perusahaan ini memiliki beberapa jaringan TV, pembukaan taman hiburan tambahan, sebuah kapal jelajah, rumah penerbitan, real estate, resort hotel dan sebagainya. Hebat ya perkembangannya :) 
Seiring berjalan waktu, tahun 2005 Walt Disney Company memiliki 129.000 karyawan. Wow, banyak sekali bukan? Bertambahnya karyawan ini ditandai dengan didirikannya taman hiburan Disney seperti Disney World, Tokyo Disneyland, Disneyland Paris, dan Hongkong Disneyland. Semuanya adalah taman hiburan, karena Disney merupakan bisnis yang bergerak di bidang hiburan dan bagi Disney, membangun taman hiburan adalah fondasi utama dalam strategi pertumbuhan global. 
Lalu, bagaimana Disneyland bisa sampai Hong Kong?
Semua dimulai pada tahun 1985, ketika eksekutif Disney bertemu dengan pejabat pemerintah Hong Kong Daerah Administratif Khusus atau Hong Kong Spesial Administrative Region (HKSAR) untuk menegosiasikan ekspansi perusahaan di sana. Tahu kan ekspansi itu apa? Bagi readers yang belum tahu, ekspansi itu seperti perluasan bisnis di suatu wilayah dengan penciptaan pasar baru, perluasan fasilitas, perekrutan pegawai, dan lain-lain. Yuk lanjutt...
Setelah melalui diskusi panjang, Disney memilih sebuah taman di China Selatan. Ternyata Disney merencanakan pembangunan di Hong Kong ini nggak karena asal pilih. Ada beberapa alasan yang mendasarinya. Pertama negaranya yang luas dan penduduknya yang banyak, kedua investor memprediksi ekonomi keuangan Cina akan tetap kokoh, dan ketiga upah tenaga kerja serta biaya peralatan di China yang murah. Walt Disney Company dan HKSAR mencapai kesepakatan untuk membangun taman hiburan di Hong Kong pada tahun 1999. Hong Kong Disneyland dibuka pada bulan September 2005.

Bagaimana respon masyarakat lokal mengenai pembukaan Hong Kong Disneyland?
Respon masyarakat lokal ternyata tidak sesuai dengan harapan eksekutif Disney  karena hanya menarik perhatian 5,6 juta pengunjung di musim pertama. Sebenarnya angka itu banyak yaa, tapi bagi taman hiburan seperti Disneyland yang mendunia, angka itu sangatlah sedikit. Beberapa pengunjung berpikir bahwa Hong Kong Disneyland tidak memiliki lahan yang luas, sehingga para pengunjung kehabisan tempat untuk mengantri. Selain itu, budaya Amerika juga dirasa tidak cocok dengan budaya Hong Kong. 
Banyak respon negatif mengenai pembukaan taman hiburan ini, mulai dari kemarahan artis POP, kekesalan pemimpin buruh serta kritikan dari pemerintah Hong Kong. Bahkan ada buruh yang telah dipecat naik ke Space Mountain dan mengatakan akan bunuh diri. Ngeri ya ... Sebegitu besar respon negatif masyarakat lokal terhadap Hong Kong Disneyland. 
Semua respon negatif tersebut dikarenakan masyarakat lokal tidak familiar dengan budaya dan karakteristik Disney. Sehingga mereka tidak bisa menikmati taman hiburan Disney. Bahkan, ada pengunjung yang datang membentak beberapa tokoh kartun lalu langsung pergi. (Kebayang nggak gimana rasanya yang jadi tokoh kartun waktu dibentak). Tak hanya itu, baru di awal opening nya, Hong Kong Disneyland memiliki pesaing yang perlu diperhitungkan yaitu Ocean Park. Ocean Park merupakan taman wisata laut yang sudah masuk dalam kategori  15 besar dunia. 
Situasi runyam tersebut memaksa eksekutif Disneyland untuk berbenah dan memperbaiki kesalahan. Setelah berbulan-bulan diskusi, para eksekutif Disney menyadari bahwa Hong Kong Disneyland kurang sesuai dengan budaya setempat dan perlu melakukan penyesuaian budaya yang serius agar bisa menjadi populer di kalangan masyarakat lokal China dan Hong Kong. 

Penerapan Glokalisasi di Hong Kong Disneyland

Setelah para eksekutif Disney berdiskusi mereka mulai melakukan evaluasi dengan melakukan empat perubahan. Apa saja empat perubahan itu? Yukk simak lagi ^_^
1. Penurunan Harga Tiket
Yang pertama adalah menurunkan harga tiket masuk. Hal ini dikarenakan beberapa alasan yaitu pendapatan masyarakat lokal di awal pembukaan Hong Kong Disneyland masih tergolong rendah, sehingga harga tiket masuk Hong Kong Disneyland waktu itu terlalu tinggi. Selain itu adanya taman hiburan pesaing membuat Hong Kong Disneyland harus menunjukkan bahwa taman hiburan ini beda dari yang lain. Jadi, dengan harga murah ini Hong Kong Disneyland berharap akan memperoleh pengunjung yang lebih banyak. Siapa sih yang nggak pengen dapet harga murah? 
2. Penyesuaian Kebiasaan Pengunjung Lokal
Pengunjung dari China terbiasa memilih paket wisata yang mencakup kelompok besar. Namun, Hong Kong Disneyland tidak dapat menampungnya. Sehingga untuk mengatasi nya, Disneyland menambahkan atraksi lokal dan persembahan hiburan pada tahun 2008, seperti Disney Haunted Halloween, A Sparkling Natal, dan Disney Tahun Baru China dengan menggunakan bahasa Inggris dan dialek lokal Cina. Selain itu Disney juga meningkatkan kerjasama dengan perusahaan wisata untuk mengarahkan kelompok tersebut kepada Disneyland dengan rangkaian kegiatan sesuai dengan tema Disneyland. Hong Kong Disneyland juga mencoba untuk melakukan penyesuaian pada kebiasaan makan masyarakat lokal, seperti memasukkan hidangan tradisional China yang kedalam menu.
3. Perubahan Dekorasi dan Setting
Mengubah dekorasi dan setting agar lebih sesuai dengan budaya China merupakan langkah glokalisasi selanjutnya yang diambil oleh Disney. Disney mempekerjakan Feng shui untuk menyusun ulang desain wahana ini. 
Ada beberapa perubahan pada desain dan setting Hong Kong Disnyland yaitu:
  • Memindahkan sudut gerbang depan sebsar 12° agar pintu masuk utamanya menghadap ke arah yang benar.
  • Dalam budaya Tionghoa, angka 8 adalah angka keberuntungan dan angka 4 adalah angka sial. Sehingga, salah satu Ballroom utama Hong Kong Disneyland berukuran 888m2. Selain itu, tidak ada tombol lantai 4 di salah satu lift Hong Kong Disneyland.
  • Menempatkan kasir di sudut atau di dekat dinding. Hal ini dipercaya akan membawa kemakmuran.
  • Kolam merupakan salah satu lima fitur Feng Shui di restoran. Di Crystal Lotus, salah satu restoran kelas atas di wahana, terdapat kolam koi virtual yang mana ketika pengunjung mendekat maka ikan-ikan akan menjauh. Keren yaaa :D Empat fitur Feng shui lainnya adalah kayu, tanah, logam, dan api. 
  • Terdapat kebun yang didalamnya terdapat tokoh kartun seperti Mickey mouse, minnie mouse dan lainnya. Sehingga menarik perhatian pengunjung untuk foto bersama. Dijamin pasti menarik perhatian kalian yang hobi selfie. ^-^
  • Membagikan brosur kepada para pengunjung yang menjelaskan bagaimana cara menikmati wahana. 
Ikan virtual di Crystal Lotus
Perubahan yang keren nan memukau ini dipercaya akan menjamin kemakmuran wahana.
    4. Penyesuaian Praktik Tenaga Kerja 
    Penyesuaian praktik kerja juga diperhatikan oleh eksekutif Disney, karena mengacu pada tradisi dan filosofi perusahaan secara keseluruhan. Karena budaya China lebih konservatif Disney harus lebih bisa menyesuaikan diri. Misalnya, Disneyland ingin menunjukkan bahwa wahana ini merupakan "tempat paling bahagia di bumi" dengan menerapkan prinsip "smile factory". Karena kebahagiaan identik dengan senyum dan keramahtamahan. Namun, prinsip itu tidak berhasil diterapkan di Hong Kong. Di Hong Kong, orang-orang yang tersenyum terlalu ramah malah dicurigai. Disneyfaction (usaha Disney untuk mengubah kru terus tersenyum seperti robot) tidak berlaku di Hong Kong.  Selain itu, terdapat keluhan dari para pekerja Hong Kong Disneyland mengenai istirahat makan siang singkat, jam kerja yang panjang, jumlah staf yang tidak mencukupi, dan gaji rendah (dibandingkan dengan taman Disney lainnya). Kini untuk mengatasinya telah dibentuk serikat pekerja bernama Union Hong Kong Disney Cast Members, yang bertujuan untuk meningkatkan upah dan ketentuan pekerjaan. 

    Kesuksesan Glokalisasi

    Akhirnyaa keempat perubahan glokalisasi di atas telah berhasil mengubah Hong Kong Disneyland menjadi tempat yang sukses seperti sekarang temaan. Para orangtua berbondong-bondong membawa anak mereka mengantri untuk menikmati wahana yang memukau ini. Sehingga pada bulan Mei 2007 Hong Kong Disneyland mengumpulkan persentase pertumbuhan dua digit di antara pengunjung China. Dengan glokalisasi yang tepat di Hong Kong Disneyland, taman hiburan ini menjadi pendorong pasar baru di Asia, membuka pintu bagi usaha lain. Melihat kesuksesan Hong Kong Disneyland, Disney membuka Disneyland lagi di Shanghai. Dengan cara yang sama, Disneyland kedua di China akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja, dan selanjutnya menjadikan Shanghai sebagai kota internasional. 

    Diskusi dan Arahan di Masa Depan

    Ketika memasuki bisnis internasional penyesuaian dengan budaya perlu dilakukan. Bahkan bisnis sekelas Disney yang sudah sangat sukses pernah mengalami kegagalan di awal pembukaannya di Hong Kong karena masalah budaya. Ini menunjukkan tak peduli sebesar atau sehebat apapun suatu bisnis tidak akan berhasil bila tidak mampu beradaptasi dengan budaya lokal setempat. 
    Hong Kong Disneyland awalnya tidak memahami kebiasaan lokal, makanan pilihan masyarakat, kebiasaan makan mereka, waktu makan mereka, pandangan mereka mengenai karakter mickey, bagaimana pengaturan background yang baik, event dan atraksi apa yang bisa memukau masyarakat, kebijakan tenaga kerja serta perspektif masyarakat mengenai emotion labor. Namun, setelah melalui berbagai pertimbangan, diskusi, dan pengamatan Hong Kong Disneyland akhirnya berhasil melakukan praktik glokalisasi dan membuahkan hasil yang baik. :)

    Itu tadi sekilas mengenai Adaptasi Kesuksesan Disneyland di Hongkong: Prespektif Glokalisasi. Semoga bermanfaat yaa. Serta jangan lupa tinggalkan masukan di kolom komentar teman... ;) Tunggu postingan selanjutnya yaa (^v^)

    Sumber: "Disney's Succesful Adaption in Hong Kong: A Glocalization Perspective" oleh Jonathan Matusitz

    Adaptasi Kesuksesan Disneyland di Hong Kong: Prespektif Glokalisasi

    Posted by : Alya Starleta
    Thursday 1 March 2018
    3 Comments

    - Copyright © Hikaru's Blog - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -