Posted by : Alya Starleta
Monday, 14 January 2013
Tintin |
Dalam serial buku komik selanjutnya,
Tintin menjadi seorang wartawan muda yang terlibat dalam berbagai kasus
kriminal berbahaya internasional dimana kecepatan berpikir, keberanian dan
kemujuran di detik-detik terakhirnya berhasil menyelamatkan dirinya dan dunia.
Hampir di setiap petualangan diceritakan Tintin melibatkan diri dalam sebuah
penyelidikan atau investigasi, tapi sangat jarang ia menjadikan hasil
penyelidikannya itu menjadi berita seperti wartawan lainnya.
Walaupun komik ini menggambarkan Tintin
sebagai orang Belgia, tapi Hergé tidak konsisten atau tidak jelas dalam
memberikan identitas kewarganegaraan Tintin. Ia kebanyakan hanya menggambarkan
Tintin secara umum sebagai orang Eropa. Dalam beberapa edisi awal dari
buku-buku komik pertamanya, seperti Tintin di Kongo atau Rahasia Pulau Hitam,
identitas sebagai orang Belgia tampak secara jelas. Di petualangan-petualangan
selanjutnya, seperti juga unsur-unsur biografi dan keluarga Tintin,
kewarganegaraan Tintin tidak pernah lagi diungkit, walaupuan beberapa gambaran
mengenai berbagai aktivitas di jalanan dalam buku Hiu-Hiu Laut Merah dapat
diidentifikasikan sebagai kehidupan jalanan kota Brussels.
Usia Tintin juga tidak pernah secara
akurat diungkapkan. Tokoh ini digambarkan sebagai seorang 'dewasa' di dalam
penggambaran tokoh ini di film DVD mengenainya, dan juga dirujuk sebagai
'bocah' beberapa kali dalam acara-acara televisi. Dalam serial film kartun yang
dibuat berdasarkan buku-buku komiknya, sebuah potongan episode Rahasia Kapal
Unicorn yang menunjukkan paspor Tintin memperlihatkan bahwa tahun kelahirannya
adalah tahun 1929 (tahun pertama kemunculan buku komiknya).
Berbagai artikel surat kabar dalam
serial ceritanya dikatakan bahwa ia berusia 15 tahun, majalah Time merujuknya
sebagai seorang remaja, sementara website resmi Tintin.Com menyebutkan bahwa
usianya antara 16 sampai 18 tahun. Di sisi lain, buku-buku komik memperlakukan
Tintin sebagai seorang pemuda dewasa, terlihat dari ketiadaan rasa khawatir
akan orang tua atau sekolah, dan juga perjalanannya yang banyak dan sendirian
ke seluruh dunia. Usia Tintin tidak pernah berubah, walaupun ia melewati masa
penyerbuan Jepang ke China (Lotus Biru, 1931) dan pernah menumpang pesawat
Boeing 707 (Penerbangan 714, 1968).
Para pembaca dan kritikusnya telah
menggambarkan Tintin sebagai seorang yang serba bisa namun tetap rendah hati
dan selalu ingin mempelajari hal yang baru. Kepribadiannya yang hampir selalu
netral, terkadang dijuluki sebagai sikap yang hambar, memberikannya kemampuan
untuk melihat secara jujur dan adil akan kejahatan, kecerobohan dan kenekatan yang
berada di sekitar dirinya.
Sifat-sifat idealistik seorang pramuka
yang dimilikinya, yang mewakili sifat-sifat Hergé sendiri, tidak pernah berubah
dalam perkembangan tokoh komik ini. Oleh karenanya hal ini membuat pembaca bisa
mengambil posisi Tintin dalam suatu cerita dan tidak hanya mengikuti cerita
petualangan seorang jagoan. Penggambaran Tintin dalam buku-bukunya memperdalam
aspek ini, memberikan jalan pada para pembacanya untuk merasa menjadi tokoh
tersebut dan masuk secara aman ke dalam dunia maya yang bisa membangkitkan rasa
tertentu sehingga dunia itu terasa keberadaannya. Tintin juga digambarkan tidak
memiliki perasaan romantis kepada hampir semua tokoh di buku-bukunya.
Hal lain yang tidak pernah disebutkan
juga adalah anggota-anggota keluarga Tintin: yang absen dalam semua cerita
petualangannya. Ia hanya pernah sekali menyebut sesuatu yang berhubungan dengan
keluarga ketika ia pertama kali bertemu dengan Kapten Haddock yang sedang mabuk,
dalam buku Kepiting Bercapit Emas, dan mengingatkannya untuk berpikir bagaimana
ibu sang kapten akan merasa apabila ia melihat anaknya berada di kondisi mabuk
seperti itu. Semua anggota keluarga Tintin adalah keluarga angkat yang ia
peroleh dari perjalanannya melalui tiap-tiap petualangan yang dialaminya.
Tidak seperti teman-temannya, Tintin
tidak pernah bertemu dengan teman atau keluarga dan Tintin terlihat tidak
memiliki masa lalu yang terjadi sebelum semua cerita petualangannya ini
dimulai. Sementara Kapten Haddock bisa mengingat sebuah badai yang sangat
kencang di laut, atau Profesor Calculus bisa mengingat masa-masanya di bangku
kuliah (keduanya diceritakan dalam buku Tujuh Bola Ajaib), Tintin tidak
memiliki masa lalu sebelum Tintin di Soviet. Kedua temannya itu juga pernah
bertemu dengan teman-teman lama mereka seperti Kapten Chester dan Hercules
Tarragon, sementara Tintin hanya bertemu dengan teman-teman dan musuh-musuh
yang ia dapatkan dari petualangan-petualangannya sebelumnya. Dalam novel
"Tintin di Dunia Baru" (Tintin in the New World) karya Frederic Tuten
(1993), walaupun dianggap tidak ada hubungannya dengan tokoh Tintin dari
buku-buku komik yang ada, mengungkapkan bahwa Tintin dibesarkan oleh ibunya
yang meninggal dunia karena sakit saat ia masih anak kecil. Tintin tidak pernah
tahu atau bertemu ayahnya.
Bahkan nama "Tintin" sendiri
masihlah sebuah misteri: tidak diketahui apakah nama itu nama depan atau nama
keluarganya. Sebuah kemungkinan adalah nama itu bukan nama asli wartawan muda
ini, melainkan sebuah nama samaran yang digunakan sang tokoh untuk melindungi
identitasnya saat menulis artikel untuk surat kabarnya: Le Petit Vengtième.
Pada era dimana cerita petualangan Tintin ini terbit, penggunaan nama samaran
bagi para jurnalis adalah suatu hal yang lumrah. Sebuah fakta yang menunjukkan
bahwa nama itu bukanlah nama aslinya ditunjukkan dalam Cerutu Sang Faraoh
ketika Tintin dituduh meracuni salah satu pelayan seorang
Sheik yang berpengaruh. Setelah
tertangkap dan dibawa ke tendanya, sang Sheik dengan marah menanyai nama
Tintin. Dengan sikapnya yang tenang seperti biasanya, Tintin menjawab:
"Namaku? Tidak ada artinya buat anda ... tapi di rumah orang-orang
memanggil saya Tintin."
Sifat-sifat Tintin mengalami beberapa
perubahan di cerita-cerita yang terbit belakangan, mulai dari buku Zamrud
Castafiore. Dalam cerita-cerita tersebut, Tintin tidak lagi mencari
petualangan-petualangan baru dengan aktif, tapi Tintin terlibat ke dalam
petualangan-petualangan akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
Situasi ini mirip dengan apa yang terjadi pada Kapten Haddock yang terlibat
pada petualangan-petualangan Tintin sebelumnya, seperti dalam Penerbangan 714
dan Tintin dan Picaros. Para pembaca dan kritikus memiliki berbagai macam
tanggapan, seringkali bernada negatif, mengenai petualangan-petualangan Tintin
yang lebih baru tersebut. Mereka menyebutnya sebagai gaya eksentrik masa tua
dan karya mengecewakan yang membingungkan. Hergé menanggapi hal ini dalam
karya-karyanya berikutnya: "Tintin telah kehilangan kendali, ia tidak
menguasai situasi lagi, situasilah yang menguasi dirinya."
Tak lama sebelum kematiannya, seorang
Belgia pendukung Nazi, Léon Degrelle, menciptakan kontroversi setelah
mengatakan bahwa tokoh Tintin mulanya berdasarkan dari dirinya. Degrelle memang
kenal dengan Hergé saat awal kariernya sebagai seorang jurnalis, tapi
pernyataan ini secara umum dianggap sebagai cerita buatan dari seseorang yang
selalu ingin menjadi terkenal bernama Degrelle.
Versi awal dari Tintin secara jelas terinspirasi,
setidaknya sebagian besar, dari saudara laki-laki Hergé, Paul Remi, seorang
tentara karier. Bosan dengan julukan teman-temannya pada dirinya sebagai
"Mayor Tintin", Paul kemudian memotong rambutnya dengan gaya berbeda.
Hergé kemudian menggunakan Paul dengan penampilan barunya tersebut sebagai
model untuk tokoh Kolonel Sponsz dalam buku Penculikan Calculus. Tintin dan
Sponsz, walaupun secara fisik sangat berbeda, ternyata memiliki jambul yang
sangat mirip.
Namun, inspirasi untuk gaya baju Tintin
berasal dari tempat yang lain. Teman sekolah Hergé dari St. Boniface bernama
Charles suka memakai pakaian mirip dengan yang digambarkan pada Tintin: memakai
celana panjang yang hanya sampai atas betis kaki panjangnya dan kaos kaki
panjang yang bermotif kotak-kotak jajaran genjang. Gayanya ini selalu menjadi
bahan olok-olok orang lain. Harry Thompson, salah seorang teman Hergé,
mengatakan bahwa asal-usul pakaian Tintin tersebut mungkin, walaupun benar,
sedikit dibesar-besarkan. Ia menambahkan bahwa apabila "Hergé juga ikut
menertawakan Charles, maka pastilah sebuh unsur perasaan bersalah ikut
terlibat."
Hergé sendiri mengatakan bahwa Tintin
hidup sebagai ekspresi pribadinya, dan walaupun ia menulis di tahun 1947 bahwa
ia tahu "Tintin bukanlah lagi diriku, karena, apabila ia akan hidup terus,
hal itu dikarenakan pernafasan buatan yang harus aku latih secara terus menerus
dan yang melelahkan diriku, dan akan semakin melelahkan diriku dari hari ke
hari, Hergé selalu suka berkata "Tintin, c'est moi!" ("Tintin,
itu aku!").
Tintin adalah komik Perancis yang menarik
ReplyDelete