Posted by : Alya Starleta Monday, 14 January 2013


Tintin
Tintin muncul pertama kali pada tanggal 10 Januari 1929 dalam cerita Tintin di Soviet. Tintin dikembangkan dari tokoh komik Hergé sebelumnya, seorang bocah anggota pramuka bernama Totor. Cerita-cerita komik mengenai Totor, dinamai Les aventures de Totor, chef de patrouille des Hannetons (Bahasa Inggris: The Adventures of Totor, Leader of the Cockchafer Patrol; terjemahan bebas: Petualangan Totor, Pemimpin Pasukan Kumbang), muncul di majalah Le Boy-Scout Belge (Pramuka Belgia) antara tahun 1926 dan 1929.
Dalam serial buku komik selanjutnya, Tintin menjadi seorang wartawan muda yang terlibat dalam berbagai kasus kriminal berbahaya internasional dimana kecepatan berpikir, keberanian dan kemujuran di detik-detik terakhirnya berhasil menyelamatkan dirinya dan dunia. Hampir di setiap petualangan diceritakan Tintin melibatkan diri dalam sebuah penyelidikan atau investigasi, tapi sangat jarang ia menjadikan hasil penyelidikannya itu menjadi berita seperti wartawan lainnya.
Walaupun komik ini menggambarkan Tintin sebagai orang Belgia, tapi Hergé tidak konsisten atau tidak jelas dalam memberikan identitas kewarganegaraan Tintin. Ia kebanyakan hanya menggambarkan Tintin secara umum sebagai orang Eropa. Dalam beberapa edisi awal dari buku-buku komik pertamanya, seperti Tintin di Kongo atau Rahasia Pulau Hitam, identitas sebagai orang Belgia tampak secara jelas. Di petualangan-petualangan selanjutnya, seperti juga unsur-unsur biografi dan keluarga Tintin, kewarganegaraan Tintin tidak pernah lagi diungkit, walaupuan beberapa gambaran mengenai berbagai aktivitas di jalanan dalam buku Hiu-Hiu Laut Merah dapat diidentifikasikan sebagai kehidupan jalanan kota Brussels.
Usia Tintin juga tidak pernah secara akurat diungkapkan. Tokoh ini digambarkan sebagai seorang 'dewasa' di dalam penggambaran tokoh ini di film DVD mengenainya, dan juga dirujuk sebagai 'bocah' beberapa kali dalam acara-acara televisi. Dalam serial film kartun yang dibuat berdasarkan buku-buku komiknya, sebuah potongan episode Rahasia Kapal Unicorn yang menunjukkan paspor Tintin memperlihatkan bahwa tahun kelahirannya adalah tahun 1929 (tahun pertama kemunculan buku komiknya).
Berbagai artikel surat kabar dalam serial ceritanya dikatakan bahwa ia berusia 15 tahun, majalah Time merujuknya sebagai seorang remaja, sementara website resmi Tintin.Com menyebutkan bahwa usianya antara 16 sampai 18 tahun. Di sisi lain, buku-buku komik memperlakukan Tintin sebagai seorang pemuda dewasa, terlihat dari ketiadaan rasa khawatir akan orang tua atau sekolah, dan juga perjalanannya yang banyak dan sendirian ke seluruh dunia. Usia Tintin tidak pernah berubah, walaupun ia melewati masa penyerbuan Jepang ke China (Lotus Biru, 1931) dan pernah menumpang pesawat Boeing 707 (Penerbangan 714, 1968).
Para pembaca dan kritikusnya telah menggambarkan Tintin sebagai seorang yang serba bisa namun tetap rendah hati dan selalu ingin mempelajari hal yang baru. Kepribadiannya yang hampir selalu netral, terkadang dijuluki sebagai sikap yang hambar, memberikannya kemampuan untuk melihat secara jujur dan adil akan kejahatan, kecerobohan dan kenekatan yang berada di sekitar dirinya.
Sifat-sifat idealistik seorang pramuka yang dimilikinya, yang mewakili sifat-sifat Hergé sendiri, tidak pernah berubah dalam perkembangan tokoh komik ini. Oleh karenanya hal ini membuat pembaca bisa mengambil posisi Tintin dalam suatu cerita dan tidak hanya mengikuti cerita petualangan seorang jagoan. Penggambaran Tintin dalam buku-bukunya memperdalam aspek ini, memberikan jalan pada para pembacanya untuk merasa menjadi tokoh tersebut dan masuk secara aman ke dalam dunia maya yang bisa membangkitkan rasa tertentu sehingga dunia itu terasa keberadaannya. Tintin juga digambarkan tidak memiliki perasaan romantis kepada hampir semua tokoh di buku-bukunya.
Hal lain yang tidak pernah disebutkan juga adalah anggota-anggota keluarga Tintin: yang absen dalam semua cerita petualangannya. Ia hanya pernah sekali menyebut sesuatu yang berhubungan dengan keluarga ketika ia pertama kali bertemu dengan Kapten Haddock yang sedang mabuk, dalam buku Kepiting Bercapit Emas, dan mengingatkannya untuk berpikir bagaimana ibu sang kapten akan merasa apabila ia melihat anaknya berada di kondisi mabuk seperti itu. Semua anggota keluarga Tintin adalah keluarga angkat yang ia peroleh dari perjalanannya melalui tiap-tiap petualangan yang dialaminya.
Tidak seperti teman-temannya, Tintin tidak pernah bertemu dengan teman atau keluarga dan Tintin terlihat tidak memiliki masa lalu yang terjadi sebelum semua cerita petualangannya ini dimulai. Sementara Kapten Haddock bisa mengingat sebuah badai yang sangat kencang di laut, atau Profesor Calculus bisa mengingat masa-masanya di bangku kuliah (keduanya diceritakan dalam buku Tujuh Bola Ajaib), Tintin tidak memiliki masa lalu sebelum Tintin di Soviet. Kedua temannya itu juga pernah bertemu dengan teman-teman lama mereka seperti Kapten Chester dan Hercules Tarragon, sementara Tintin hanya bertemu dengan teman-teman dan musuh-musuh yang ia dapatkan dari petualangan-petualangannya sebelumnya. Dalam novel "Tintin di Dunia Baru" (Tintin in the New World) karya Frederic Tuten (1993), walaupun dianggap tidak ada hubungannya dengan tokoh Tintin dari buku-buku komik yang ada, mengungkapkan bahwa Tintin dibesarkan oleh ibunya yang meninggal dunia karena sakit saat ia masih anak kecil. Tintin tidak pernah tahu atau bertemu ayahnya.
Bahkan nama "Tintin" sendiri masihlah sebuah misteri: tidak diketahui apakah nama itu nama depan atau nama keluarganya. Sebuah kemungkinan adalah nama itu bukan nama asli wartawan muda ini, melainkan sebuah nama samaran yang digunakan sang tokoh untuk melindungi identitasnya saat menulis artikel untuk surat kabarnya: Le Petit Vengtième. Pada era dimana cerita petualangan Tintin ini terbit, penggunaan nama samaran bagi para jurnalis adalah suatu hal yang lumrah. Sebuah fakta yang menunjukkan bahwa nama itu bukanlah nama aslinya ditunjukkan dalam Cerutu Sang Faraoh ketika Tintin dituduh meracuni salah satu pelayan seorang
Sheik yang berpengaruh. Setelah tertangkap dan dibawa ke tendanya, sang Sheik dengan marah menanyai nama Tintin. Dengan sikapnya yang tenang seperti biasanya, Tintin menjawab: "Namaku? Tidak ada artinya buat anda ... tapi di rumah orang-orang memanggil saya Tintin."
Sifat-sifat Tintin mengalami beberapa perubahan di cerita-cerita yang terbit belakangan, mulai dari buku Zamrud Castafiore. Dalam cerita-cerita tersebut, Tintin tidak lagi mencari petualangan-petualangan baru dengan aktif, tapi Tintin terlibat ke dalam petualangan-petualangan akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Situasi ini mirip dengan apa yang terjadi pada Kapten Haddock yang terlibat pada petualangan-petualangan Tintin sebelumnya, seperti dalam Penerbangan 714 dan Tintin dan Picaros. Para pembaca dan kritikus memiliki berbagai macam tanggapan, seringkali bernada negatif, mengenai petualangan-petualangan Tintin yang lebih baru tersebut. Mereka menyebutnya sebagai gaya eksentrik masa tua dan karya mengecewakan yang membingungkan. Hergé menanggapi hal ini dalam karya-karyanya berikutnya: "Tintin telah kehilangan kendali, ia tidak menguasai situasi lagi, situasilah yang menguasi dirinya."
Tak lama sebelum kematiannya, seorang Belgia pendukung Nazi, Léon Degrelle, menciptakan kontroversi setelah mengatakan bahwa tokoh Tintin mulanya berdasarkan dari dirinya. Degrelle memang kenal dengan Hergé saat awal kariernya sebagai seorang jurnalis, tapi pernyataan ini secara umum dianggap sebagai cerita buatan dari seseorang yang selalu ingin menjadi terkenal bernama Degrelle.
Versi awal dari Tintin secara jelas terinspirasi, setidaknya sebagian besar, dari saudara laki-laki Hergé, Paul Remi, seorang tentara karier. Bosan dengan julukan teman-temannya pada dirinya sebagai "Mayor Tintin", Paul kemudian memotong rambutnya dengan gaya berbeda. Hergé kemudian menggunakan Paul dengan penampilan barunya tersebut sebagai model untuk tokoh Kolonel Sponsz dalam buku Penculikan Calculus. Tintin dan Sponsz, walaupun secara fisik sangat berbeda, ternyata memiliki jambul yang sangat mirip.
Namun, inspirasi untuk gaya baju Tintin berasal dari tempat yang lain. Teman sekolah Hergé dari St. Boniface bernama Charles suka memakai pakaian mirip dengan yang digambarkan pada Tintin: memakai celana panjang yang hanya sampai atas betis kaki panjangnya dan kaos kaki panjang yang bermotif kotak-kotak jajaran genjang. Gayanya ini selalu menjadi bahan olok-olok orang lain. Harry Thompson, salah seorang teman Hergé, mengatakan bahwa asal-usul pakaian Tintin tersebut mungkin, walaupun benar, sedikit dibesar-besarkan. Ia menambahkan bahwa apabila "Hergé juga ikut menertawakan Charles, maka pastilah sebuh unsur perasaan bersalah ikut terlibat."
Hergé sendiri mengatakan bahwa Tintin hidup sebagai ekspresi pribadinya, dan walaupun ia menulis di tahun 1947 bahwa ia tahu "Tintin bukanlah lagi diriku, karena, apabila ia akan hidup terus, hal itu dikarenakan pernafasan buatan yang harus aku latih secara terus menerus dan yang melelahkan diriku, dan akan semakin melelahkan diriku dari hari ke hari, Hergé selalu suka berkata "Tintin, c'est moi!" ("Tintin, itu aku!").

{ 1 comments... read them below or add one }

- Copyright © Hikaru's Blog - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -